BAHASA INDONESIA 1

Posted by Kenrick Setiawan
On Senin, 16 November 2015
1. Ada pepatah yang mengatakan “Bahasa itu lebih tajam dari sebilah pedang”? Jelaskan!
JAWAB : 


Ya, bahasa merupakan alat untuk komunikasi atau berinteraksi. Namun penggunaan bahasa ini juga harus diperhatikan. Jika bahasa digunakan dengan baik maka akan menghasilkan respon yang baik, dan jika bahasa digunakan dengan buruk maka akan menghasilkan respon yang buruk juga. Manusia memang bebas untuk berbicara atau berpendapat, tapi jika kebebasan itu diluar batas atau terjadi miss komunikasi dengan pendengar maka akan menyakiti si pendengar, dan bisa jadi perkataan itu akan teringat dan membekas di hati si pendengar.

Kemudian maksud dari pepatah “Bahasa itu lebih tajam dari sebilah pedang” adalah, jika kita hidup didalam masyarakat dan tidak mengerti kondisi dan sifat dari orang tersebut. Maka kita hendaknya menjaga tutur bicara, karena manusia mempunyai akal fikiran yang bisa digunakan untuk memikirkan perkataan yang baik dan mana yang buruk. Sebab jika kita salah berbicara dan perkataan kita bisa membuat orang sakit hati, orang tersebut akan selalu mengingat ucapan kita, maka sebaiknya jaga biacara kita terhadap orang lain.


2. Buatlah karangan singkat mengenai penggunaan bahasa Indonesia dikalangan Masyarakat maupun di keluarga anda.
JAWAB :

Di suatu hari yang cerah dan panas, ada sebuah keluarga tinggal di suatu perumahan sederhana. Tinggallah seorang gadis bernama Silva yang sangat pendiam bersama dengan seorang adik laki-laki bernama Rio dan kedua orang tuanya.  Ibunya adalah seseorang yang sangat suka berbicara. Suatu pagi, saat  Silva bersiap-siap untuk berangkat sekolah, Ia pamit pada ibunya dengan mencium kedua pipi ibunya. Begitu pula dengan adiknya. Tetapi kepada ayahnya, mereka hanya mengucapkan kalimat “Pa, aku jalan dulu ya!”. Bagi keluarga mereka itu sudah hal yang biasa. Dan begitu juga ketika pulang, mereka sudah dibiasakan untung mengucapkan “Siang, Ma” atau “Sore, Ma”, tergantung kapan mereka pulang. Tetapi jarang sekali terjadi komunikasi yang berarti antara anak dan orang tua.
Pada malam harinya mereka biasa berkumpul saat makan malam. Di sini sang ibu lah biasa melontarkan candaan. “Bagaimana kabarnya si itu, tadi SMS ga?” tanya ibu pada Silva. Karena Silva tidak merasa senang dengan  pertanyaan candaan ibunya itu, dia hanya diam saja melanjutkan makannya. Setelah mereka sekeluarga selesai makan. Ssang ibu mulai lagi candaannya “Ahh… udah bosen kali dia SMS-an terus tiap hari, udah ga ada omongan lagi”. Silva masih diam saja menahan rasa kesalnya. Dia di sini adalah seorang teman laki-laki yang dekat dengan Silva sekarang ini. Kemudian, lagi-lagi sang ibu menggodanya, katanya “Udah putusin aja, ngapain ladenin orang kayak gitu, dunia ga sedaun kelor”. Kata Silva dalam hati, “Hiiihh, nyebelin banget sih, apaan sih, pacar juga bukan. Ya walaupun itu harapanku.”. Selalu seperti itu tiap kali sang ibu bicara. Silva diam saja. Bahkan saat  tidur ditemani sang ibu pun, ia bercerita tentang kejadian-kejadian masa mudanya, tetapi Silva diam saja. Silva menyimpan semuanya dalam hatinya. Sejak dulu ibunya selalu berbuat dan berkata sesuatu yang tidak sedap didengar olehnya. Itu yang membuatnya tidak mau tahu apa yang dilakukan maupun dikatakan ibunya.
Keesokkan harinya saat Silva pulang sekolah, dia cepat-cepat mandi dan berpakaian rapi. Ibu bertanya dengan nada tinggi, “Mau kemana lagi kamu?”.  “Mau pergi ke ultah temanku”, jawab Silva dengan nada tinggi agak kesal. Ibunya bertanya lagi, “Sama siapa perginya, di rumah siapa? sama siapa aja? Awas ya bohong”. Silva makin kesal, katanya “Ahh elah, sama temenku pokoknya. Berisik banget sih”. Ibunya terus bicara dengan nada tinggi, Silva hanya diam dan pergi begitu saja saat temannya datang menjemput dan membanting pintu karena kesal. “Jadi orang kok negatif aja pikirannya.” katanya dalam hati.
Sepulangnya dari pesta ulang tahun temannya, Silva membersihkan diri kemudian menyalakan komputernya dan menggunakan internet. Tidak lama kemudian, orang tuanya bertengkar tepat di sampingnya tanpa mempedulikan kehadirannya. Keduanya tidak mau mengalah, terutama sang ibu yang selalu ingin dibenarkan. Silva dan adiknya sangat pusing mendengar pertengakaran orang tua mereka. Adiknya berteriak “Berisik banget sih lu pada.”, saking kesal dan bosannya dia mendengar orang tuanya yang selalu bertengkar. Silva hanya bisa diam saja menahan semua kekesalannya. Entah sampai kapan ini akan berlanjut, pikir Silva.
Begitulah keseharian keluarga mereka. Keluarga yang sangat kurang komunikasi. Keluarga yang seharusnya selalu menjadi wadah komunikasi, malah tidak bisa menjadi tempat terbaik untuk menyalurkan keinginan untuk berkomunikasi satu dengan yang lain.

3. Sebutkan kekurangan dan kelebihan mempelajari bahasa Indonesia?
JAWAB :

A. Kelebihan 
  • Menambah kosakata Bahasa Indonesia
  • Agar tidak mudah dipermainkan dalam kata-kata
  • Dapat menemukan berbagai arti dari kalimat ambigu
  • Saat bingung di daerah yang dialeknya asing bagi kita (sunda, jawa, madura, etc) di Indonesia, kita dapat menggunakan bahasa Indonesia untuk berkomunikasi.
  • Untuk membuat CV, laporan, surat-surat, lamaran, dsb. yang membutuhkan bahasa Indonesia yang baik dan benar.
  • Bagi orang luar negeri, bahasa Indonesia itu termasuk bahasa yang sulit 


B. Kekurangan

  • Bukan merupakan bahasa internasional seperti bahasa Inggris
  • Bahasa Indonesia banyak mempunyai aturan-aturan. baik dalam berbicara maupun penulisan. Misalnya, di dalam Bahasa Indonesia kita mengenal adanya EYD (Ejaan yang Disempurnakan), penulisan kata dan kalimat baku, penggunaan kalimat majemuk, dan sebagainya
  • Bahasa indonesia merupakan bahasa yang terlihat mudah untuk dipelajari namun dalam penerapannya sangat sulit
  • Sulit dipelajari bagi orang asing
  • Banyaknya keragaman bahasa daerah yang lambat laun mempengaruhi dan merubah kemurnian dari bahasa indonesia


SUMBER :


TUGAS TOU 2 (KEPIMIMPINAN)

Posted by Kenrick Setiawan
On Selasa, 26 Mei 2015

KEPEMIMPINAN


TEORI DAN ARTI PENTING KEPEMIMPINAN


Kepemimpinan adalah proses memengaruhi atau memberi contoh oleh pemimpin kepada pengikutnya dalam upaya mencapai tujuan organisasi.Cara alamiah mempelajari kepemimpinan adalah "melakukannya dalam kerja" dengan praktik seperti pemagangan pada seorang seniman ahli, pengrajin, atau praktisi.Dalam hubungan ini sang ahli diharapkan sebagai bagian dari peranya memberikan pengajaran/instruksi.
Kebanyakan orang masih cenderung mengatakan bahwa pemimipin yang efektif mempunyai sifat atau ciri-ciri tertentu yang sangat penting misalnya, kharisma, pandangan ke depan, daya persuasi, dan intensitas.[3] Dan memang, apabila kita berpikir tentang pemimpin yang heroik seperti Napoleon, Washington, Lincoln, Churcill, Sukarno, Jenderal Sudirman, dan sebagainya kita harus mengakui bahwa sifat-sifat seperti itu melekat pada diri mereka dan telah mereka manfaatkan untuk mencapai tujuan yang mereka inginkan.

TEORI-TEORI KEPEMIMPINAN

        Teori kepemimpinan pada umumnya berusaha untuk memberikan penjelasan dan interpretasi mengenai pemimpin dan kepemimpinan dengan mengemukakan beberapa segi antara lain : Latar belakang sejarah pemimpin dan kepemimpinan Kepemimpinan muncul sejalan dengan peradaban manusia. Pemimpin dan kepemimpinan selalu diperlukan dalam setiap masa. Sebab-sebab munculnya pemimpin Ada beberapa sebab seseorang menjadi pemimpin, antara lain :
a.Seseorang ditakdirkan lahir untuk menjadi pemimpin. Seseorang menjadi pemimpin melalui usaha penyiapan dan pendidikan serta didorong oleh kemauan sendiri.
b.Seseorang menjadi pemimpin bila sejak lahir ia memiliki bakat kepemimpinan kemudian dikembangkan melalui pendidikan dan pengalaman serta sesuai dengan tuntutan lingkungan.
Untuk mengenai persyaratan kepemimpinan selalu dikaitkan dengan kekuasaan, kewibawaan, lingkungan dan kemampuan.

1.Teori-teori dalam Kepemimpinan
a) Teori Sifat
Teori ini bertolak dari dasar pemikiran bahwa keberhasilan seorang pemimpin ditentukan oleh sifat-sifat, perangai atau ciri-ciri yang dimiliki pemimpin itu.

Ciri-ciri ideal yang perlu dimiliki pemimpin menurut Sondang P Siagian (1994:75-76) adalah: – pengetahuan umum yang luas, daya ingat yang kuat, rasionalitas, obyektivitas, pragmatisme, fleksibilitas, adaptabilitas, orientasi masa depan;
 – sifat inkuisitif, rasa tepat waktu, rasa kohesi yang tinggi, naluri relevansi, keteladanan, ketegasan, keberanian, sikap yang antisipatif, kesediaan menjadi pendengar yang baik, kapasitas integratif;
 – kemampuan untuk bertumbuh dan berkembang, analitik, menentukan skala prioritas, membedakan yang urgen dan yang penting, keterampilan mendidik, dan berkomunikasi secara efektif.


b) Teori Perilaku
Dasar pemikiran teori ini adalah kepemimpinan merupakan perilaku seorang individu ketika melakukan kegiatan pengarahan suatu kelompok ke arah pencapaian tujuan. Dalam hal ini, pemimpin mempunyai deskripsi perilaku:
– Perilaku seorang pemimpin yang cenderung mementingkan bawahan memiliki ciri ramah tamah,mau berkonsultasi, mendukung, membela, mendengarkan, menerima usul dan memikirkan kesejahteraan bawahan serta memperlakukannya setingkat dirinya. Di samping itu terdapat pula kecenderungan perilaku pemimpin yang lebih mementingkan tugas organisasi.
– Berorientasi kepada bawahan dan produksi perilaku pemimpin yang berorientasi kepada bawahan ditandai oleh penekanan pada hubungan atasan-bawahan, perhatian pribadi pemimpin pada pemuasan kebutuhan bawahan serta menerima perbedaan kepribadian, kemampuan dan perilaku bawahan. Sedangkan perilaku pemimpin yang berorientasi pada produksi memiliki kecenderungan penekanan pada segi teknis pekerjaan, pengutamaan penyelenggaraan dan penyelesaian tugas serta pencapaian tujuan. Pada sisi lain,
c) Teori Situasional
Keberhasilan seorang pemimpin menurut teori situasional ditentukan oleh ciri kepemimpinan dengan perilaku tertentu yang disesuaikan dengan tuntutan situasi kepemimpinan dan situasi organisasional yang dihadapi dengan memperhitungkan faktor waktu dan ruang. Faktor situasional yang berpengaruh terhadap gaya kepemimpinan tertentu menurut Sondang P. Siagian (1994:129) adalah

·         Jenis pekerjaan dan kompleksitas tugas;
·          Bentuk dan sifat teknologi yang digunakan;
·         Persepsi, sikap dan gaya kepemimpinan;
·         Norma yang dianut kelompok;
·         Rentang kendali;
·         Ancaman dari luar organisasi;
·         Tingkat stress;
·         Iklim yang terdapat dalam organisasi





TIPOLOGI KEPEMIMPINAN

Dalam praktiknya, dari ketiga gaya kepemimpinan tersebut berkembang beberapa tipe kepemimpinan; di antaranya adalah sebagian berikut (Siagian,1997).

1. Tipe Otokratis.

Seorang pemimpin yang otokratis ialah pemimpin yang memiliki kriteria atau ciri sebagai berikut: Menganggap organisasi sebagai pemilik pribadi, Mengidentikkan tujuan pribadi dengan tujuan organisasi, Menganggap bawahan sebagai alat semata-mata, Tidak mau menerima kritik, saran dan pendapat, Terlalu tergantung kepada kekuasaan formalnya, Dalam tindakan pengge-rakkannya sering mempergunakan pendekatan yang mengandung unsur paksaan dan bersifat menghukum.

2. Tipe Militeristis

Perlu diperhatikan terlebih dahulu bahwa yang dimaksud dari seorang pemimpin tipe militerisme berbeda dengan seorang pemimpin organisasi militer. Seorang pemimpin yang bertipe militeristis ialah seorang pemimpin yang memiliki sifat-sifat berikut : Dalam menggerakan bawahan sistem perintah yang lebih sering dipergunakan, Dalam menggerakkan bawahan senang bergantung kepada pangkat dan jabatannya, Senang pada formalitas yang berlebih-lebihan, Menuntut disiplin yang tinggi dan kaku dari bawahan, Sukar menerima kritikan dari bawahannya, Menggemari upacara-upacara untuk berbagai keadaan.

3. Tipe Paternalistis.

Seorang pemimpin yang tergolong sebagai pemimpin yang paternalistis ialah seorang yang memiliki ciri sebagai berikut : menganggap bawahannya sebagai manusia yang tidak dewasa, bersikap terlalu melindungi (overly protective), jarang memberikan kesempatan kepada bawahannya untuk mengambil keputusan, jarang memberikan kesempatan kepada bawahannya untuk mengambil inisiatif, jarang memberikan kesempatan kepada bawahannya untuk mengembangkan daya kreasi dan fantasinya, dan sering bersikap maha tahu.

4. Tipe Karismatik.

Hingga sekarang ini para ahli belum berhasil menemukan sebab-sebab mengapa seseorang pemimpin memiliki karisma. Umumnya diketahui bahwa pemimpin yang demikian mempunyai daya tarik yang amat besar dan karenanya pada umumnya mempunyai pengikut yang jumlahnya sangat besar, meskipun para pengikut itu sering pula tidak dapat menjelaskan mengapa mereka menjadi pengikut pemimpin itu. Karena kurangnya pengetahuan tentang sebab musabab seseorang menjadi pemimpin yang karismatik, maka sering hanya dikatakan bahwa pemimpin yang demikian diberkahi dengan kekuatan gaib (supra natural powers). Kekayaan, umur, kesehatan, profil tidak dapat dipergunakan sebagai kriteria untuk karisma. Gandhi bukanlah seorang yang kaya, Iskandar Zulkarnain bukanlah seorang yang fisik sehat, John F Kennedy adalah seorang pemimpin yang memiliki karisma meskipun umurnya masih muda pada waktu terpilih menjadi Presiden Amerika Serikat. Mengenai profil, Gandhi tidak dapat digolongkan sebagai orang yang ‘ganteng”.

5. Tipe Demokratis.

Pengetahuan tentang kepemimpinan telah membuktikan bahwa tipe pemimpin yang demokratislah yang paling tepat untuk organisasi modern. Hal ini terjadi karena tipe kepemimpinan ini memiliki karakteristik sebagai berikut : dalam proses penggerakan bawahan selalu bertitik tolak dari pendapat bahwa manusia itu adalah makhluk yang termulia di dunia, selalu berusaha mensinkronisasikan kepentingan dan tujuan organisasi dengan kepentingan dan tujuan pribadi dari pada bawahannya, senang menerima saran, pendapat, dan bahkan kritik dari bawahannya, selalu berusaha mengutamakan kerjasama dan teamwork dalam usaha mencapai tujuan, ikhlas memberikan kebebasan yang seluas-luasnya kepada bawahannya untuk berbuat kesalahan yang kemudian diperbaiki agar bawahan itu tidak lagi berbuat kesalahan yang sama, tetapi lebih berani untuk berbuat kesalahan yang lain, selalu berusaha untuk menjadikan bawahannya lebih sukses daripadanya, dan berusaha mengembangkan kapasitas diri pribadinya sebagai pemimpin.

Secara implisit tergambar bahwa untuk menjadi pemimpin tipe demokratis bukanlah hal yang mudah. Namun, karena pemimpin yang demikian adalah yang paling ideal, alangkah baiknya jika semua pemimpin berusaha menjadi seorang pemimpin yang demokratis.


FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPEMIMPINAN

Dalam melaksanakan tugas kepemimpinan mempengaruhi orang atau kelompok menuju tujuan tertentu, kita pemimpin, dipengaruhi oleh beberapa factor. Factor-faktor itu berasal dari diri kita sendiri, pandangan kita terhadap manusia, keadaan kelompok dan situasi waktu kepemimpina kita laksanakan. Orang yang memandang kepemimpinan sebagai status dan hak untuk mendapatkan fasilitas, uang, barang, jelas akan menunjukkan praktek kepemimpinan yang tidak sama dengan orang yang mengartikan kepemimpinan sebagai pelayanan kesejahteraan orang yang dipimpinnya. Factor-faktor yang berasal dari kita sendiri yang mempengaruhi kepemimpinan kita adalah pengertian kita tentang kepemimpinan, nilai atau hal yang kita kejar dalam kepemimpinan, cara kita menduduki tingkat pemimpin dan pengalaman yang kita miliki dalam bidang kepemimpinan.

Menurut Hadari (2003;70) menjelaskan bahwa unsur-unsur dalam kepemimpinan adalah
1.      Adanya seseorang yang berfungsi memimpin, yang disebut pemimpin (leader).
2.      Adanya orang lain yang dipimpin
3.      Adanya kegiatan yang menggerakkan orang lain yang dilakukan dengan mempengaruhi dan pengarahkan perasaan, pikiran, dan tingkah lakunya
4.      Adanya tujuan yang hendak dicapai dan berlangsung dalam suatu proses di dalam organisasi, baik organisasi besar maupun kecil.
Faktor-faktor yang mempengaruhi kepemimpinan Davis menyimpulkan ada empat faktor yang mempengaruhi kepemimpinan dalam organisasi, yaitu :
1.      Kecerdasan : seorang pemimpin harus mempunyai kecerdasan yang melebihi para anggotanya • Kematangan dan keluasan sosial(Social manutary and breadth) : seorang pemimpin biasanya memiliki emosi yang stabil, matang, memiliki aktivitas dan pandangan yang ckup matang
2.      Motivasi dalam dan dorongan prestasi(Inner motivation and achievement drives) : dalam diri seorang pemimpin harus mempunyai motivasi dan dorongan untuk mencapai suatu tujuan
3.      Hubungan manusiawi : pemimpin harus bisa mengenali dan menghargai para anggotanya Menurut Greece, di dalam suatu organisasi, hubungan antara bawahan dengan pimpinan bersifat saling


IMPLIKASI MANAJERIAL KEPEMIMPINAN DALAM ORGANISASI


Teori dikemukakan oleh Robert K. Blake dan Jane S. Mouton yang membedakan dua dimensi dalam kepemimpinan, yaitu “concern for people” dan “concern for production”. Pada dasarnya teorimanagerial grid ini mengenal lima gaya kepemimpinan yang didasarkan atas dua aspek tersebut, yaitu :
Improvised artinya pemimpin menggunakan usaha yang paling sedikit untuk menyelesaikan tugas tertentu dan hal ini dianggap cukup untuk mempertahankan organisasi.
Country Club artinya kepemimpinann didasarkan kepada hubungan informal antara individu artinya perhatian akan kebutuhan individu dengan persahabatan dan menimbulkan suasana organisasi dan tempo kerja yang nyaman dan ramah.
Team yaitu kepemimpinan yang didasarkan bahwa keberhasilan suatu organisasi tergantung kepada hasil kerja sejumlah individu yang penuh dengan pengabdian dan komitmen. Tekanan untama terletak pada kepemimpinan kelompok yang satu sama lain saling memerlukan. Dasar dari kepemimpinan kelompok ini adalah kepercayaan dan penghargaan.
Task artinya pemimpin memandang efisiensi kerja sebagai factor utama keberhasilan organisasi. Penampilan terletak pada penampilan individu dalam organisasi.
Midle Road artinya kepemimpinan yang menekankan pada tingkat keseimbangan antara tugas dan hubungan manusiawi , dengan kata lain kinerja organisasi yang mencukupi dimungkinkan melalui penyeimbangan kebutuhan untuk bekerja dengan memelihara moral individu pada tingkat yang memuaskan.
Implikasi Terhadap Sistem Komunikasi Organisasi
Dalam teori manajerial grid terdapat dua orientasi yang dijadikan ukuran yaitu berfokus pada manusia dan pada tugas. Hal ini menunjukkan bahwa pentingnya hubungan antar individu dalam menyelesaikan tugas yang diberikan kepada bawahan. Sebagai seorang pemimpin, bertugas memberikan arahan serta bimbingan terhadap bawahannya, sehingga mereka dapat mengerjakan pekerjaannya dengan baik. Implikasi teori ini terhadap system komunikasi organisasi adalah bahwa teori ini memandang pentingnya komunikasi dalam menjalankan kepemimpinan dengan lima gaya yang berbeda dari para pemimpin. Adanya orientasi terhadap dua aspek tersebut menunjukkan bahwa kepemimpinan dalam organisasi harus memperhatikan hubungan antar individu satu dengan lainnya sebagai motivasi dalam mengerjakan tugas. Pemimpin yang baik adalah pemimpin yang mampu terjun diberbagai kalangan baik itu dengan para pimpinan lainnya, maupun dengan bawahan sebagai asset berharga organisasi. Semua ini terjalin apbila pemimpin tersebut memiliki pendekatan perilaku yang baik. Hal ini membutuhkan komunikasi yang efektif.
Menurut Blake dan Mouton, gaya kepemimpinan team merupakan gaya kepemimpinan yang paling disukai. Kepemimpinan gaya ini berdasarkan integrasi dari dua kepentingan yaitu pekerjaan dan manusia. Pada umumnya, kepemimpinan gaya team berasumsi bahwa orang akan menghasilkan sesuatu apabila mereka memperoleh kesempatan untuk melakukan pekerjaan yang berarti. Selain itu, dalam kepemimpinan gaya team terdapat kesepkatan untuk melibatkan anggota organisasi dalam pengambilan keputusan dengan maksud mempergunakan kemampuan mereka untuk memperoleh hasil yang terbaik yang mungkin dapat dicapai.

REFERENSI :
- http://id.wikipedia.org/wiki/Kepemimpinan
- https://ipanwicaksono.wordpress.com
- http://blog.sivitas.lipi.go.id